Matematika | Info Pendidikan | Teknologi

Kamis, 12 Februari 2015

Contoh Latar Belakang Proposal Skripsi

Contoh latar belakang ini merupakan latar belakang skripsi saya, silahkan digunakan untuk belajar, tidak sekedar copy paste.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia dalam menjalani kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan oleh Allah SWT dengan suatu bentuk akal dan pikiran yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya. Kemampuan berpikir yang dimiliki ini sangat menentukan keberhasilan setiap individu. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Bab I tentang  Sistem Pendidikan Nasional,
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peseta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat bangsa dan negara”.

Dari pengertian tersebut, pendidikan merupakan upaya terorganisir yang memiliki makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dengan dasar dan tujuan jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama di dalam proses pendidikan. Pendidikan juga harus direncanakan sebelumnya dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang dipersiapkan.  Sehingga diharapkan tujuan bangsa Indonesia  untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang terdapat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dapat tercapai.
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal yang menyelenggarakan proses belajar mengajar mempunyai peranan penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui proses transfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik diharapakan dapat meningkatkn mutu pendidikan dan menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas di berbagai  bidang ilmu pengetahuan.
Matematika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah berfungsi sebagai sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kitis dalam diri peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi (Erman Suherman, 2003:18). Matematika sebagai ilmu yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari membuat orang tidak bisa lepas darinya. Bahkan matematika diajarkan  dari masih kanak-kanak sampai duduk di bangku perguruan tinggi.
Fenomena yang kita dapatkan di lapangan bahwa sebagian besar siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. Salah satu penyebabnya adalah siswa kurang memahami konsep-konsep matematika yang memang bersifat abstrak dari objek matematika. Mereka terus ditekan untuk menghafalkan rumus tanpa tahu untuk apa digumakan rumus itu. Hal ini terlihat ketika siswa diberikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan materi  matematika, banyak  siswa merasa kesulitan untuk  menyelesaiakan  permasalahan tersebut.  Akibatnya  kemampuan mereka dalam memecahkan masalah   matematika  secara  umum  masih  kurang memuaskan.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, permasalahan pada pelajaran matematika ini juga terjadi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sakra.  Ketika pelajaran matematika para siswa cendrung terlihat pasif dengan hanya mendengarkan penjelasan guru dan menghafal rumus- rumus matematika yang diberikan oleh guru, sehingga dalam menyelesaikan soal- soal yang kiranya berkaitan dengan masalah sehari- hari mereka terlihat kesulitan.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII di SMPN 1 Sakra, peserta didik bertindak seperti itu karena sebagian besar dari peserta didik tersebut belum memahami konsep dasar matematika dan penggunaan konsep- konsep tersebut dalam menyelesaikan soal-soal dengan model yang sudah dikembangkan, terlebih lagi dalam menyelesaikan masalah- masalah dalam kehidupan sehari- hari.
Selain itu, sarana yang mendukung untuk siswa dapat lebih memahami konsep dasar tersebut salah satunya berupa buku pegangan yang masih belum mengarahkan siswa untuk berpikir matematis tetapi hanya menagarahkan siswa untuk melakukan matemtika. Terlihat bahwa siswa hanya memegang buku LKS dan buku BSE yang memang disediakan di sekolah yang dikeluarkan oleh salah satu penerbit karena keadaan ekonomi siswa rata- rata tidak mampu membeli buku yang berbeda- beda sebagai refrensi mereka. Buku ajar yang menjadi pegangan guru pun kurang bervariasi. Buku-buku yang dipakai masih belum terlalu menekankan pada konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Guru sebagai fasilitator dalam proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik mempunyai peran penting dalam merubah anggapan bahwa matematika itu sulit menjadi ilmu yang mudah dan membuat pelajaran matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan dan lebih bermakna. Untuk dapat meraih itu diperlukan adanya gagasan-gagasan baru dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika ditekankan pada keterkaitan  antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari–hari, selain itu perlu penerapan kembali konsep matematika yang dimiliki oleh anak dalam kehidupan sehari–hari atau pada bidang lain yang sangat penting dilakukan.
Menurut Heruman (2012: 2) setiap konsep yang abstrak dalam matematika yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah  dilupakan siswa.
Berdasarkan masalah tersebut diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran matematika yang membawa siswa ke dalam konsep nyata. Salah satu pendekatan yang cocok dengan masalah ini yaitu dengan Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Istilah Pendidikan Matematika Realistik (PMR) diterjemahkan dari kata Realistic Mathematics Education (RME).
PMR merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika yang diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini berorientasi pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. (Irzani, 2010:37)
Dalam belajar matematika juga tidak terlepas dari penggunaan buku  ajar. Buku ajar dapat membantu siswa dalam belajar sebagai bahan rujukan dan refrensi. Buku ajar juga dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pemilihan penggunaan buku ajar harus disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran sesuai tuntunan kurikulum, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan lingkungan sosial peserta didik
yang mambantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

Berdasarkan uraian di atas maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang: “Penerapan Buku Ajar Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Pada Materi Pokok Persamaan Garis Lurus Kelas VIII SMP Negeri 1 Sakra Tahun Pembelajaran 2014/2015”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar