Contoh latar belakang ini merupakan latar belakang skripsi saya, silahkan digunakan untuk belajar, tidak sekedar copy paste.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia dalam menjalani kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk
yang diberi kelebihan oleh Allah SWT dengan suatu bentuk akal dan pikiran yang
tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya. Kemampuan berpikir
yang dimiliki ini sangat menentukan keberhasilan setiap individu. Oleh karena
itu, diperlukan adanya suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional,
“Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peseta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya,
masyarakat bangsa dan negara”.
Dari pengertian tersebut, pendidikan merupakan upaya
terorganisir yang memiliki makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha
sadar manusia dengan dengan dasar dan tujuan jelas, ada tahapannya dan ada
komitmen bersama di dalam proses pendidikan. Pendidikan juga harus direncanakan
sebelumnya dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem
pendukung yang dipersiapkan. Sehingga
diharapkan tujuan bangsa Indonesia untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang terdapat dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945 dapat tercapai.
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal yang
menyelenggarakan proses belajar mengajar mempunyai peranan penting untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui proses transfer pengetahuan dan
keterampilan kepada peserta didik diharapakan dapat meningkatkn mutu pendidikan
dan menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas di berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Matematika sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang diajarkan di sekolah berfungsi sebagai sarana berpikir ilmiah
yang sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis,
sistematis, dan kitis dalam diri peserta didik untuk menunjang keberhasilan
belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi (Erman Suherman,
2003:18). Matematika sebagai ilmu yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari membuat orang tidak bisa lepas darinya. Bahkan matematika diajarkan dari masih kanak-kanak sampai duduk di bangku
perguruan tinggi.
Fenomena yang kita dapatkan di lapangan bahwa
sebagian besar siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. Salah
satu penyebabnya adalah siswa kurang memahami konsep-konsep matematika yang
memang bersifat abstrak dari objek matematika. Mereka terus ditekan untuk
menghafalkan rumus tanpa tahu untuk apa digumakan rumus itu. Hal ini terlihat
ketika siswa diberikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan materi matematika, banyak siswa merasa kesulitan untuk menyelesaiakan permasalahan tersebut. Akibatnya
kemampuan mereka dalam memecahkan masalah matematika
secara umum masih
kurang memuaskan.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan,
permasalahan pada pelajaran matematika ini juga terjadi pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Sakra. Ketika pelajaran
matematika para siswa cendrung terlihat pasif dengan hanya mendengarkan
penjelasan guru dan menghafal rumus- rumus matematika yang diberikan oleh guru,
sehingga dalam menyelesaikan soal- soal yang kiranya berkaitan dengan masalah
sehari- hari mereka terlihat kesulitan.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran
matematika kelas VIII di SMPN 1 Sakra, peserta didik bertindak seperti itu
karena sebagian besar dari peserta didik tersebut belum memahami konsep dasar
matematika dan penggunaan konsep- konsep tersebut dalam menyelesaikan soal-soal
dengan model yang sudah dikembangkan, terlebih lagi dalam menyelesaikan
masalah- masalah dalam kehidupan sehari- hari.
Selain itu, sarana yang mendukung untuk siswa dapat
lebih memahami konsep dasar tersebut salah satunya berupa buku pegangan yang
masih belum mengarahkan siswa untuk berpikir matematis tetapi hanya
menagarahkan siswa untuk melakukan matemtika. Terlihat bahwa siswa hanya
memegang buku LKS dan buku BSE yang memang disediakan di sekolah yang
dikeluarkan oleh salah satu penerbit karena keadaan ekonomi siswa rata- rata
tidak mampu membeli buku yang berbeda- beda sebagai refrensi mereka. Buku ajar
yang menjadi pegangan guru pun kurang bervariasi. Buku-buku yang dipakai masih
belum terlalu menekankan pada konsep yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
Guru sebagai fasilitator dalam proses transfer ilmu
pengetahuan kepada peserta didik mempunyai peran penting dalam merubah anggapan
bahwa matematika itu sulit menjadi ilmu yang mudah dan membuat pelajaran
matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan dan lebih bermakna. Untuk dapat
meraih itu diperlukan adanya gagasan-gagasan baru dalam pembelajaran
matematika. Dalam pembelajaran matematika ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan
pengalaman anak sehari–hari, selain itu perlu penerapan kembali konsep
matematika yang dimiliki oleh anak dalam kehidupan sehari–hari atau pada bidang
lain yang sangat penting dilakukan.
Menurut Heruman (2012: 2) setiap konsep yang abstrak
dalam matematika yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar
mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam
pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya
pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau
mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah
dilupakan siswa.
Berdasarkan masalah tersebut diperlukan suatu pendekatan
pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran matematika yang membawa siswa ke
dalam konsep nyata. Salah satu pendekatan yang cocok dengan masalah ini yaitu
dengan Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Istilah Pendidikan Matematika
Realistik (PMR) diterjemahkan dari kata Realistic
Mathematics Education (RME).
PMR merupakan teori belajar mengajar dalam
pendidikan matematika yang diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun
1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini berorientasi pada pendapat Freudenthal
yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika
merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. (Irzani, 2010:37)
Dalam belajar matematika juga tidak terlepas dari
penggunaan buku ajar. Buku ajar dapat
membantu siswa dalam belajar sebagai bahan rujukan dan refrensi. Buku ajar juga
dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pemilihan penggunaan
buku ajar harus disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran sesuai tuntunan
kurikulum, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan lingkungan sosial
peserta didik
yang mambantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
yang mambantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
Berdasarkan
uraian di atas maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang:
“Penerapan Buku Ajar Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan
Memecahkan Masalah Matematika Pada Materi Pokok Persamaan Garis Lurus Kelas
VIII SMP Negeri 1 Sakra Tahun Pembelajaran 2014/2015”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar