Matematika | Info Pendidikan | Teknologi

Kamis, 12 Februari 2015

Pendidikan Matematika Relistik (PMR) atau Realistic Mathematic Education (RME)

Sumber Gambar: p4tkmatematika.org

Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika yang diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini berorientasi pada pendapat Freudenthal (Sutarto Hadi, 2005:19) yang mengatakan “mathematic as human actvity”, maksudnya bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Menurut Van den Heuvel-Pahuizen (1998), kata “realistik” sering disalahartikan sebagai “real-world”, yaitu dunia nyata. Banyak pihak yang menganggap bahwa Pendidikan Matematika Realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang harus selalu menggunakan masalah sehari-hari. Penggunaan kata “realistik” sebenarnya berasal dari bahasa Belanda “zich realiseren” yang berarti “untuk dibayangkan” atau “to imagine”. Penggunaan kata “realistik” tersebut tidak sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata (real-world) tetapi lebih mengacu pada fokus Pendidikan Matematika Realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan (imagineable) oleh siswa. (Ariyadi Wijaya, 2012:20)
Menurut Irzani (2010:38), Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah pendidikan matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan realita dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.

Proses Realistic Mathematic Education (RME) atau PMR menggunakan masalah dunia nyata sebagai titik awal dalam belajar matematika disebut oleh de Lange (1996) sebagai ‘matematisai konseptual’. Treffers (1987, 1991) membedakan dua macam matematisasi, yaitu vertikal dan horizontal. Siswa melakukan aktivitas horizontal, yaitu siswa mengorganisasikan masalah dan mencoba mengidentifikasikan aspek matematika yang ada pada masalah tersebut. Siswa bebas mendeskripsikan, menginterpresentasikan dan menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Kemudian dengan atau tanpa bantuan guru, menggunakan matematika vertical (melalui abstraksi maupun formalisasi) tiba pada tahap pembentukan konsep. Setelah dicapai pembentukan konsep, siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika tersebut kembali pada masalah kontekstual, sehingga dapat memperkuat pemahaman konsep.
Jadi, pendidikan Matematika Realistik (PMR) atau Realistic Mathematic Education (RME) merupakan pendidikan matematika yang menghubungkan konsep matematika dengan konteks realitas dan pengalaman siswa sebagai awal dari pembelajaran.


Sumber:
Sutarto Hadi. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya. Banjarmasin: Tulip
Ariadi Wijaya. 2011 . Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika . Yogyakarta: Graha Ilmu.
Irzani. 2007. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Mataram : Media Grafindo Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar