Sumber Gambar: p4tkmatematika.org
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika yang diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini berorientasi pada pendapat Freudenthal (Sutarto Hadi, 2005:19) yang mengatakan “mathematic as human actvity”, maksudnya bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Menurut Van den Heuvel-Pahuizen (1998), kata
“realistik” sering disalahartikan sebagai “real-world”,
yaitu dunia nyata. Banyak pihak yang menganggap bahwa Pendidikan Matematika
Realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang harus selalu
menggunakan masalah sehari-hari. Penggunaan kata “realistik” sebenarnya berasal
dari bahasa Belanda “zich realiseren”
yang berarti “untuk dibayangkan” atau “to
imagine”. Penggunaan kata “realistik” tersebut tidak sekedar menunjukkan
adanya suatu koneksi dengan dunia nyata (real-world)
tetapi lebih mengacu pada fokus Pendidikan Matematika Realistik dalam menempatkan
penekanan penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan (imagineable) oleh siswa. (Ariyadi Wijaya, 2012:20)
Menurut Irzani (2010:38), Pendidikan Matematika
Realistik (PMR) adalah pendidikan matematika yang dilaksanakan dengan
menempatkan realita dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.
Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep
matematika atau pengetahuan matematika formal.
Proses
Realistic Mathematic Education (RME)
atau PMR menggunakan masalah dunia nyata sebagai titik awal dalam belajar
matematika disebut oleh de Lange (1996) sebagai ‘matematisai konseptual’.
Treffers (1987, 1991) membedakan dua macam matematisasi, yaitu vertikal dan
horizontal. Siswa melakukan aktivitas horizontal, yaitu siswa mengorganisasikan
masalah dan mencoba mengidentifikasikan aspek matematika yang ada pada masalah
tersebut. Siswa bebas mendeskripsikan, menginterpresentasikan dan menyelesaikan
masalah kontekstual dengan cara sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang
dimiliki siswa. Kemudian dengan atau tanpa bantuan guru, menggunakan matematika
vertical (melalui abstraksi maupun formalisasi) tiba pada tahap pembentukan
konsep. Setelah dicapai pembentukan konsep, siswa dapat mengaplikasikan
konsep-konsep matematika tersebut kembali pada masalah kontekstual, sehingga
dapat memperkuat pemahaman konsep.
Jadi, pendidikan Matematika Realistik (PMR) atau Realistic Mathematic Education (RME)
merupakan pendidikan matematika yang menghubungkan konsep matematika dengan
konteks realitas dan pengalaman siswa sebagai awal dari pembelajaran.
Sumber:
Sutarto Hadi. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya. Banjarmasin:
Tulip
Ariadi
Wijaya. 2011 . Pendidikan Matematika
Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika . Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Irzani.
2007. Strategi Belajar Mengajar
Matematika. Mataram : Media Grafindo Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar